Oleh : Made Teddy
Artiana
Tidak ada
alunan musik. Cahaya ruangan terasa temaram, lantaran lampu sudah ada yang
dipadamkan. Bangku resto sudah terlihat banyak yang kosong. Di beberapa sudut
malah kursi sudah naik dan tersusun rapi di atas meja. Makan malam kami kali
ini memang terbilang agak terlambat. Untunglah beberapa orang masih terlihat
menunggu pesanan. Tiba-tiba...
“Aaaauuuuuuuuuuuuuuwwwwww...!”
“Aaaauuuuuuuuuuuuuuwwwwww...!”
“Aaaauuuuuuuuuuuuuuwwwwww...!”
Karyawan dan
pengunjung resto mendadak sontak terperanjat. Reaksi mereka beragam. Ada yang
mengelus dada mengisyaratkan kekagetan. Ada pula yang menutup telinga dengan
kedua tangan, sambil ngedumel kesal. Sebagian mereka mengernyitkan dahi. Mereka
semua celingukan mencari sumber suara yang merusak suasana resto.
Sementara itu,
disalah satu sudut ruangan, terhalang oleh tiang, seorang anak kecil berwajah
jenaka. Di tangan mungilnya tampak gadget. Mata terpejam, mulut dimonyong-monyongkan
dan gerakan leher naik turun, meniru ‘bahasa tubuh’ serigala yang melolong.
Diselilingi tawa cekikan geli bocah yang tak perduli sekitar.
Dua
penafsiran bertolakbelakang tentang lolongan serigala.
Cobalah
meluangkan waktu mengintrospeksi diri. Maka kita akan menemukan betapa kita
sering tidak sadar ‘derajat ketercemaran’ kita sendiri. Faktanya, setelah
puluhan tahun hidup, kita telah terisi tidak melulu hal-hal baik yang
memberdayakan, namun juga hal-hal yang sama sekali tidak memberdayakan yang
seringkali bahkan tidak teruji kebenarannya. Tidak hanya tahayul namun juga
keyakinan-keyakinan yang tidak keliru tentang hidup, identitas diri, sesama,
bahkan Pencipta. Sampah yang tertelan lalu tersimpan rapi di bawah sadar kemudian
membebani kehidupan kita selanjutnya.
Raja Daud penulis
kitab Mazmur yang termasyur itu, pernah memohon kepada TUHAN , berkenaan dengan
hal tersebut : “Siapakah yang mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari yang
tidak kusadari”.
Sebuah kebenaran
hakiki bahwa hanya Sang Pencipta yang sanggup membersihkan kita secara tuntas
terhadap segala bentuk ketercemaran. Sayangnya hanya segelintir orang yang
menyadari hal itu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar