oleh : Made Teddy Artiana
Pergantian tahun 2014 ke 2015
dihantar oleh sebuah tragedi mengerikan: kecelakaan pesawat AirAsia di teluk
Karimata. Tak terhitung banyaknya kisah menyayat hati yang terungkap disana.
Menguras perasaan dan air mata. Membuat manusia manapun akan mengelus dada.
Ketika tulisan ini disusun, bangkai
pesawat, black box serta beberapa
jenazah sudah ditemukan. Black box yang selalu jadi tujuan utama pencarian
disetiap kecelakaan pesawat mungkin sedikit banyak dapat mengungkapkan,
kira-kira apa yang terjadi saat itu. Tapi meskipun demikian, ujung kisah itu
masih menyisakan tanda tanya besar tentang : mengapa ini semua terjadi?
Untuk yang satu itu tidak ada black
box yang sanggup memberi penjelasan. Laut tetap bergelombang, kadang demikian tinggi
seolah tak perduli. Angin tetap bertiup kencang, tidak ambil pusing dengan
upaya evakuasi. Cuacapun berlaku semaunya, seolah tidak adda sesuatu yang
istimewa baru saja terjadi. Manusia bersusah payah setengah mati, namun langit
bungkam dan TUHAN yang paling dijadikan ‘sasaran’ tidak memberikan petunjuk
apapun.
Untuk kesekian kalinya bencana,
kesengsaraan dan kematian datang
menyerbu manusia, tanpa merasa perlu menjelaskan apapun sebagai alasan.
Semuanya mengingatkan kita tentang
sebuah dialog fenomenal dalam kitab suci, antara Ayub dan TUHAN.
“Dimanakah engkau pada saat Aku
meletakkan dasar bumi?”.
Demikian salah satu pertanyaan dahsyaat
dalam dialog tersebut. TUHAN menanyai Ayub. Pertanyaan itu tidak hanya
menyiratkan kekuasaan Sang Pencipta, namun juga sekaligus kehampaan manusia.
Komplain Ayub terhadap nasibnya, seketika berhenti. Ia tutup mulut dan dengan
cepat sadar akan statusnya yang hina-dina sebagai manusia.
Sebagaimana
yang terjadi terhadap nabi Ayub, mungkin ada baiknya kita mereposisi diri kita.
Bisa jadi ‘paradigma Ayub’ akan membawa dampak yang luar biasa, jika dihayati
sungguh-sungguh. Bagaimana kita memaknai kehidupan, sesama dan Sang Pencipta.
Kita hanyalah ciptaan, sementara IA adalah Maha Pencipta. Kita hanyalah tamu
yang menumpang, sementara Dia adalah Tuan Rumah, Pemilik segalanya, termasuk
hidup dan kehidupan (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar