Selasa, 12 Juli 2016

Paradigma Ayub


oleh : Made Teddy Artiana


Pergantian tahun 2014 ke 2015 dihantar oleh sebuah tragedi mengerikan: kecelakaan pesawat AirAsia di teluk Karimata. Tak terhitung banyaknya kisah menyayat hati yang terungkap disana. Menguras perasaan dan air mata. Membuat manusia manapun akan mengelus dada.

Ketika tulisan ini disusun, bangkai pesawat, black box serta beberapa jenazah sudah ditemukan. Black box yang selalu jadi tujuan utama pencarian disetiap kecelakaan pesawat mungkin sedikit banyak dapat mengungkapkan, kira-kira apa yang terjadi saat itu. Tapi meskipun demikian, ujung kisah itu masih menyisakan tanda tanya besar tentang : mengapa ini semua terjadi?

Untuk yang satu itu tidak ada black box yang sanggup memberi penjelasan. Laut tetap bergelombang, kadang demikian tinggi seolah tak perduli. Angin tetap bertiup kencang, tidak ambil pusing dengan upaya evakuasi. Cuacapun berlaku semaunya, seolah tidak adda sesuatu yang istimewa baru saja terjadi. Manusia bersusah payah setengah mati, namun langit bungkam dan TUHAN yang paling dijadikan ‘sasaran’ tidak memberikan petunjuk apapun.


Untuk kesekian kalinya bencana, kesengsaraan dan  kematian datang menyerbu manusia, tanpa merasa perlu menjelaskan apapun sebagai alasan.

Semuanya mengingatkan kita tentang sebuah dialog fenomenal dalam kitab suci, antara Ayub dan TUHAN.

“Dimanakah engkau pada saat Aku meletakkan dasar bumi?”.

Demikian salah satu pertanyaan dahsyaat dalam dialog tersebut. TUHAN menanyai Ayub. Pertanyaan itu tidak hanya menyiratkan kekuasaan Sang Pencipta, namun juga sekaligus kehampaan manusia. Komplain Ayub terhadap nasibnya, seketika berhenti. Ia tutup mulut dan dengan cepat sadar akan statusnya yang hina-dina sebagai manusia.



            Sebagaimana yang terjadi terhadap nabi Ayub, mungkin ada baiknya kita mereposisi diri kita. Bisa jadi ‘paradigma Ayub’ akan membawa dampak yang luar biasa, jika dihayati sungguh-sungguh. Bagaimana kita memaknai kehidupan, sesama dan Sang Pencipta. Kita hanyalah ciptaan, sementara IA adalah Maha Pencipta. Kita hanyalah tamu yang menumpang, sementara Dia adalah Tuan Rumah, Pemilik segalanya, termasuk hidup dan kehidupan (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System