Selasa, 12 Juli 2016

Tidak Terlatih Untuk Mendengar

oleh : Made Teddy Artiana

“Sayang anak! Sayang anak!”, teriak seorang bapak sembari mengacung-acungkan boneka.
“Dijual murah, Pak! Dijual murah, Bu!”, sahut pedagang yang lain di ujung sana.
“Baju tidur, Kakak. Gak panas. Lembut di kulit!”, tak mau kalah, seseorang berseru sambil menunjukkan sebentuk baju tidur.


Hampir semua pedagang berteriak di sini. Demikian hiruk-pikuk. Tapi justru disitu uniknya. Situasi pasar malam selalu inspiratif untukku. Teriakan mereka mengingatkanku pada sebuah bagian dari kitab Amsal Raja Salomo, seorang raja paling berhikmat yang pernah ada di muka bumi.
“Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? Di atas tempat-tempat yang tinggi di tepi jalan, di persimpangan jalan-jalan, disanalah ia berdiri, di samping pintu-pintu gerbang, di depan kota, pada jalan masuk, ia berseru dengan nyaring :” (Amsal 8:1-3)
Jika direnungkan, paling tidak ada empat hal menarik dari tulisan Raja Salomo ini.
Pertama, amsal melukiskan hikmat sebagai sesuatu yang hidup. Suatu mahluk ciptaan Tuhan yang sangat menyukai manusia. Ia bergerak, berteriak, menyukai atau tidak menyukai sesuatu.
Kedua, soal inisiatif. Ternyata sejak awal inisiatif itu datang dari sang hikmat. Hikmatlah yang berinisiatif memperkenalkan diri kepada manusia. Tidak hanya diam, menunggu ditemukan.
Ketiga, mengenai upaya. Upaya yang dilakukan oleh sang hikmat luar biasa. Bukan hanya “say hello”, sapa sana-sini, tapi berteriak-teriak. Ia berusaha keras manusia memilikinya.
Keempat, mengenai tempat. Hampir tidak ada tempat yang tidak didatangi oleh hikmat. Ia ada disegala penjuru.
                Berarti pengalaman Isaac Newton ‘buah apel yang terjatuh’, air bak mandinya Archimedes yang tumpah, Mozart yang mengaku tidak menciptakan dan hanya tinggal mengambil simfoninya utuh-utuh dari ‘udara’, dan lain sebagainya, bisa jadi merupakan insiden menangkap teriakan-teriakan hikmat.
Jika hidup kita mentok, gagal, salah melangkah, tidak ada solusi, besar kemungkinan bukan lantaran kebijaksanaan itu jauh di ujung bumi, bukan pula karena Tuhan tidak menjawab kita, namun bisa jadi karena kitalah yang tidak terlatih untuk mendengar. (*) 


sumber foto ilustrasi : http://www.alodokter.com/wp-content/uploads/2015/08/Cara-Membersihkan-Telinga-dengan-Tepat-Alodokter.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System