Oleh : Made Teddy
Artiana
“Bagaimana mungkin aku melupakan kejadian
itu. Kaulah yang menyelamatkan ayahku dari terkaman harimau!”
“Ketika rumah kami terbakar, kaulah
satu-satu orang yang berani menerobos masuk dan membawa keuar bayi kami”
“Yang paling aku ingat dari dirimu adalah,
ketika kami sekeluarga kelaparan karena ladang gagal panen, kau dengan senang
hati berbagi makanan dengan kami setiap harinya”
....
Suku Babemba
di Afrika sana, punya ritual menghukum yang unik. Jika seseorang kedapatan
melanggar adat atau melakukan sebuah kesalahan, maka penduduk desa berkumpul
disekelilingnya. Kemudian mereka diberi kesempatan untuk menceritakan semua hal
baik yang dulu pernah dilakukan oleh si pembuat kesalahan. Tidak boleh ada yang
mengucapkan tuduhan atau hal buruk, semua hanya mengatakan yang baik-baik saja.
Setelah semua orang kebagian untuk
“mengata-ngatai” orang itu, mereka pun meninggalkannya seorang diri untuk
merenung.
Sekarang
tengoklah sekitar kita, masyarakat modern yang jauh lebih terpelajar. Bagaimana
kita memberlakukan sebuah penghukuman? Begitu jauh berbeda dari apa yang
dilakukan oleh suku Babemba. Jangankan untuk mengatakan hal yang baik, yang
membangun, kita cenderung melampiaskan amarah kita kepada mereka yang bersalah.
Bahkan tidak jarang kita menghina dan merendahkan mereka secara personal. Tidak perduli keluar dari
konteks, yang penting kita puas. Penghukuman yang sangat destruktif.
Yang
lebih aneh lagi adalah, kemudian kita berharap dari kecaman tanpa ampun yang
kita lakukan, orang yang bersalah itu kemudian dapat memiliki motivasi dan
harga diri yang utuh untuk memperbaiki kesalahan mereka. Seharusnya kita sadar
bahwa sampai kapanpun kecaman, ancaman yang membuat trauma, kata-kata negatif,
penghinaan tidak akan mengantarkan siapapun ke arah yang lebih baik. Semua itu
lebih mungkin menghantarkan seseorang untuk membenamkan diri lebih dalam di
kubangan lumpur, dibandingkan membuatnya kuat dan percaya diri untuk bangkit
kemudian berjalan lagi.
Kesalahan
dibuat oleh semua orang. Namun hanya sedikit dari mereka yang mau mengakui dan
menarik pelajaran dari kesalahan. Dan lebih sedikit lagi orang bijak yang
sanggup memperlakukan orang yang bersalah dengan tepat. (*)
foto ilustrasi : http://www.gateway-africa.com/tribe/zulu-tribe.jpg
foto ilustrasi : http://www.gateway-africa.com/tribe/zulu-tribe.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar